Lagu wajib nasional berjudulBangun Pemudi Pemuda ciptaan komposer besar Alfred Simanjuntak sudah pasti pernah berkumandang di seluruh penjuru Indonesia, terutama saat perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus dan haru Sumpah Pamuda. Lagu ini digubah, terinspirasi ketika Alfred menjalin persahabatan dengan Cornel Simanjuntak dan Libert Manik yang menjadi idola dan panutan Alfred saat ia mengenyam pendidikan guru di HIKS Surakarta, Jawa Tengah tahun 1941. Alfred Simanjuntak putera pasangan Lamsana Simanjuntak (guru) dan Kornelia Silitonga, anak sulung dari delapan bersaudara, lahir di desa Parlombuan, Tapanuli Utara pada tanggal 20 September 1920. Masa kecil penuh kesederhaan, Alfred masuk sekolah tahun 1928 di HIS Narumonda, Porsea, Toba Samosir, dan lulus pada tahun 1935. Sepanjang persekolahannya, Alfred unggul dalam urusan musik sehingga memperoleh pelajaran khusus menyanyi. Seiring dengan perkembangannya dalam belajar music, Alfred sering tampil di acara-acara sekolah terutama pada saat natal.
Setamat HIS, Alfred yang kemudiannya lebih dikenal dengan Pak Simanmerantau ke Solo, Jawa Tengah dan belajar di HIKS Surakarta hingga tamat tahun 1941. Kemampuan bermusiknya kemudian berkembang hingga ia dapat memainkan organ, piano, biola, dan gitar. Setelah lulus dari HIKS, Alfred diterima mengajar di Shakel School (Sekolah Rakyat) Kutoarjo Madiun. Kemudian tahun 1943, ia diterima sebagai guru menyanyi Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang didirikan oleh tokoh nasionalis Bahder Djohan (tokoh Jong Sumatranen Bond), Wongsonegoro (tokoh pergerakan), dan Parada Harahap (tokoh pers). Dalam mengajar, Alfred menggunakan lagu dan musik untuk memupuk semangat kebangsaan anak-anak karena kurangnya lagu berbahasa Indonesia untuk anak-anak. Dalam perjalanan karirnya sebagai pencipta lagu, ia dihadapkan kepada tantangan kekejaman tentara Jepang.
Lagu Bangun Pemudi Pemuda tercipta di sekolah ini dan langsung diajarkan kepada murid-muridnya. Liriknya; “Bangun pemudi pemuda Indonesia, tangan bajumu singsingkan, untuk negara. Masa yang akan datang, kewajibanmulah. Menjadi tanggunganmu terhadap nusa”. Bermakna upaya menyatukan ide, cita-cita, dan rasa nasionalisme dalam jiwa kaum muda Indonesia di semua wilayah nusantara, dengan segala unsur kebhinekaannya, diharapkan bersatu melawan segala bentuk penjajahan dan penindasan yang mengganggu kehidupan berbangsa. Kaum muda jangan menutup diri dan jangan pasrah tanpa perjuangan, tetapi harus menjadi garda depan negara, karena harus bertanggung jawab dan memiliki visi misi demi kejayaan tanah air yang terdiri dari pulau-pulau yang disebut nusantara. Bait kedua, Sudi tetap berusaha jujur dan iklas, “Tak usah banyak bicara terus bekerja keras, hati teguh dan lurus, pikir tetap jernih, bertingkah laku halus hai putra negeri”. Menggambarkan amanat untuk para kaum muda, bahwa jalan yang ditempuh sebagai tanggung jawab adalah pembentukan karakter sebagi jati diri, karena rasa nasionalisme muncul dari hati yang jujur, ikhlas, bertindak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar bicara. Untuk dapat melakukan hal-hal tersebut diperlukan upaya membuat pertimbangan dengan matang melalui pikiran jernih, guna pengambilan keputusan. Lirik terakhir menyatakan, agar berperilaku pada paradigma berdasarkan nilai–nilai yang tercantum pada Pancasila dan UUD 1045, prinsip, visi dan misi hidup.
Pada tahun1950, Alfred melanjutkan pendidikan ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan setelah lulus pada tahun 1954 ia belajar bahasa asing pada dua kampus secara bersamaan, yaituRijks Universiteit Utrecht Leidse, Leiden Stedelijke Universiteit Amsterdam Belandahingga tahun 1956. Tak heran jika ia menjadi paliglot (multiliangualism) dengan penguasaan bahasa Belanda, Inggris, Jerman, dan bahasa Jepang disamping bahasa Indonesia, Batak, dan Jawa Kromo.
Sepanjang kariernya di dunia musik, Alfred telah menggubah ratusan lagu, diantaranya lagu nasional berjudulBangun Pemudi Pemuda, Di Manakah Tanah Airku, Indonesia Bersatulah, Tanah Airku Indonesia, Kami Berjanjilah, Negara Pancasila. Terdapat juga lagu anak-anak berjudul Aku suka sekolah himne Rumah Sakit PGI Cikini, Yubelium 50 Tahun BPK Penabur, disamping lagu rohani seperti Firman-Mu Itu Pelita, Saudaraku Berpulang Dulu, Tuhan Engkau Mengenalku, Ya Allah Kasihani Aku, dan lagu berbahasa Batak, berjudul Sipahutar Na Uli Jala Tungil. Ia juga pernah menulis lagu dalam irama dangdut, yaitu berjudul Selamatkan Terumbu Karangatas permintaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang disosialisasikan kepada masyarakat di kawasan pesisir Riau, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua.
Melalui berbagai lagu ciptaannya, Alferd dikenal luas masyarakat Indonesia.Lagu ‘Bangun Pemudi Pemuda yang tercipta masa kekuasaan Jepang digubah guna mengobarkan semangat kebangsaan dan kemerdekaan di bawah kekejaman Nippon yang dalam suasana batin seorang anak muda yang gundah di negeri yang sedang terjajah. Spirit kebangsaan dalam syair lagu tersebut membuat pemuda nekad menyanyikannya di lapangan terbuka hingga akhirnya sampai ke telinga tentara Jepang. Karena suasana cinta tanah air begitu melekat dalam lagu Bangun Pemudi Pemuda, Alfred pun masuk daftar hitam orang yang paling dicari polisi militer Jepang karena menurut mereka lagu ini terlalu patriotik. Khawatir diringkus, suami Alida ini pun sempat bersembunyi. Di mata Alfred, tentara Jepang sangat bengis karena bila Jepang menganggap seseorang bersalah akan menangkap dan menyiksanya sehingga sangat ditakuti. Saat Jepang menyerah, ia mendapat telepon dari orang yang mengaku intel Jepang dan memberi selamat karena dia masih hidup meski namanya masuk dalam daftar buronan Jepang sebagai akibat lirik lagu Bangun Pemudi Pemudayang dinilai Jepang mampu membakar semangat pemuda. Usaha persembunyian Alfred dari endusan prajurit Jepang membuahkan hasil, hingga kini lagu Bangun Pemudi Pemuda menjadi lagu wajib nasional.
Comments